Klasifikasi Iklim

 

Hallo sobat, Mintep! Ngomong-ngomong masalah iklim, kalian tahu gak sebenernya klasifikasi iklim udah ada sejak zaman Yunani kuno, lho. Yuk samasama belajar!

Perubahan iklim global akan terus terjadi sejalan dengan peningkatan aktivitas manusia. Perbedaan jenis iklim antara daerah satu dengan daerah lain juga akan mengakibatkan perbedaan pada aktivitas manusianya misalnya saja dalam pertanian, perkebunan hingga aktivitas transportasi. Dalam kenyataannya perubahan iklim juga membawa pengaruh yang besar terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.

Pemanfaatan informasi iklim di Indonesia sangat sedikit untuk sektor pertanian yang sebagian mata pencaharian masyarakatnya sebagai petani. Pengetahuan tentang iklim berupa karakteristik dan pendugaannya sangat diperlukan agar para petani dapat menentukan tanaman apa yang tepat untuk ditanam, waktu penanaman serta pengolahannya.

Klasifikasi iklim merupakan bentuk penyederhanaan iklim yang bertujuan untuk membantu mengoptimalisasikan pertumbuhan/produksi tanaman, baik tanaman perkebunan, tanaman kehutanan maupun pertanian. Serta diharapkan dapat membantu mempermudah membuat perencanaan secara makro baik regional maupun nasional. Klasifikasi iklim sebagai penunjang dalam mengantisipasi adanya resiko iklim serta memberikan rekomendasi hal yang harus dilakukan dalam mengantisipasi dampak dari perubahan iklim.

Pembagian iklim dimuka bumi sudah didefinisikan oleh manusia sejak jaman Yunani kuno, yakni yang sekarang dikenal dengan istilah-istilah: iklim dingin, iklim sedang dan iklim panas. Kemudian, definisi tersebut dikembangkan dengan menambahkan suatu batas angka isothermal 20°C untuk setiap garis batas peralihan iklim. Pembagian iklim sebagai berikut:

1.         Iklim  panas adalah bersuhu rata-rata > 20°C

2.         Iklim sedang yakni diantara 10°C dan 20°C

3.         Iklim dingin adalah bersuhu rata-rata < 10°C

 

Klasifikasi iklim menurut Koppen, dimana iklim di bumi dibagi menjadi lima (5) tipe, diantaranya:

1.         Tipe iklim A: iklim hujan tropis

Iklim A adalah tipe iklim hujan tropik dimana suhu udara pada bulan-bulan yang terasa paling dingin, suhuya paling rendah adalah 18°C. Daerah berciri iklim A biasanya menempati lintang antara 0 dan 20°C. Dalam wilayah iklim A terdapat dua sifat sub wilayah yang khas yaitu pada Af dan Aw. Artinya:

a.         Af   : tipe iklim tropik basah (ciri khasnya: curah hujan minimal 60 mm).

b.         Aw : tipe iklim basah dan tropik kering (ciri khasnya: curah hujan lebih kecil dari 60 mm).

2.         Tipe iklim B: iklim kering

Dalam wilayah iklim ini kemampuan penguapan lebih besar daripada proses pengendapan air dari curahan hujan (evaporasi presipitasi) di daerah ini tidak ada surplus air yang tersisa, baik di dalam maupun di permukaan tanah. Di wilayah ini, amplitudo suhu hariannya sangat tinggi, bahkan berkisar antara 50°C  (siang hari) dan 10°C  (malam hari). Kawasan bertipe iklim B biasanya menempati lintang sekitar 20°C  dan 30°C. Terdapat dua sub wilayah dari iklim ini, yaitu Bw dan Bs. Artinya:

a.         Bw : iklim gurun (arid)

b.         Bs : iklim semi arid (stepa/pada rumput)

3.         Tipe iklim C: iklim sedang yang dipengaruhi lautan (pengaruh hangat)

Iklim C adalah tipe iklim mesotermal atau iklim lintang sedang yang disebut juga iklim hujan sedang hangat. Rata-rata suhu dari bulan-bulan terdingin adalah lebih kecil dari 18°C, tetapi masih di atas -3°C. Sedangkan rata-rata suhu pada bulan-bulan terpanas adalah lebih besar dari 10°C. Wilayah dengan tipe iklim C menempati kawasan lintang antara 30°C - 40°C.

4.         Tipe iklim D: iklim sedang yang dipengaruhi daratan (pengaruh dingin)

Iklim D disebut mikrotermal atau iklim hujan bersalju dingin, atau iklim lintang sedang (dipengaruhhi daratan/dingin). Rata-rata suhu bulan terdingin dibawah -3°C dan rata-rata suhu pada bulan-bulan diatas 10°C. Wilayah dari tipe iklim ini menempati areal lintang antara 40°C -70°C.

5.         Tipe iklim E: iklim kutub

Iklim E disebut iklim kutub, dimana rata-rata suhu pada bulan terpanas tidak lebih dari 10°C. Di daerah beriklim E ini terdapat daerah dengan ciri iklim es abadi, dimana rata-rata suhunya berada di bawah 0°C.

 

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson dimana kriteria yang digunakan mendasarkan atas kondisi hujan bulanan untuk setiap tahunnya, yaitu:

1.         Bulan basah (BB)    : bulan yang curah hujannya > 100 mm

2.         Bulan lembab (BL) : bulan yang curah hujannya 60-100 mm

3.         Bulan kering (BK)  : bulan yang curah hujannya < 60 mm

Menentukan nilai rataan BK dan BB menggunakan rumus teknik rataan aljabar. Kemudian, menentukan nilai Q menggunakan operasi perhitungan yaitu dengan membagi rataan bulan basah (BB) dengan rataan bulan kering (BK) kedmuain

Berdasarkan nilai Q dapat diketahui tipe iklim suatu daerah dengan menggunakan segitiga Schmidt-Ferguson berikut:

Gambar 1. Segitiga klasifikasi Schmidt-Ferguson

Klasifikasi iklim menurut Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklim berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut. Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan, sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pembagian zona iklim sebagai berikut:

1.         Zona A  : dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun.

2.         Zona B  : hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun.

3.         Zona C  : dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah.

4.         Zona D  : hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam.

5.         Zona E  : penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik.

Gambar 2. Segitiga Oldeman.

Dengan adanya pengklasifikasian iklim didapatkan gambaran secara umum distribusi hujan sehingga dapat memudahkan untuk melakukan evaluasi dan validasi sesuai dengan wilayah nya masing-masing. Oleh karenanya, klasifikasi iklim di Indonesia sangat diperlukan  mengingat  wilayah  Indonesia cukup luas dengan variasi iklim yang cukup besar, khususnya  untuk  curah  hujan. Seperti halnya tujuan klasifikasi pada umumnya yaitu untuk menyederhanakan iklim yang jumlahnya tidak terbatas nih, sobat Mintep!

Semoga bermanfaat yaa!

Komentar